Social Icons

Sunday, June 22, 2014

SAINS DAN FIFA WORLD CUP 2014 BRASIL

Pesta olahraga paling akbar dan paling polpuler di seantero dunia sudah memasuki pertandingan kedua. Spanyol sebagai juara bertahan yang digadang-gadang akan kembali menjadi juara ternyata merupakan tim yang paling awal pulang kandang, Hal ini terjadi setelah 2 kali mengalami kekalahan berturut-turut yaitu dari Belanda dengan skor 5-1 dan  dari Chile dengan skor 2-0

Ada banyak faktor yang menyebabkan sebuah tim bisa bertahan. Pertama kesiapan tim baik secara fisik maupun secara mental. Selai itu faktor lain yang juga berpengaruh adalah faktor karaktreistik si bola bundar. Berkaitan dengan karakteristik bola saat dimainkan, ditinjau dari dunia Sains maka fisika memainkan peran utama dalam permainan sepak bola. Pada sepak bola, saat bola dimainkan, misalnya ditendang, ada beberapa efek yang muncul sebagai akibat dari adanya sifat aerodinamis dari bola yang bergerak di udara.


Pertama, efek Magnus,

Efek magnus merupakan fenomena membeloknya arah bola yang bergerak sambil berotasi yang menyebabkan lintasan bola melengkung seperti pisang. Penomena ini dikenal juga dengan tendangan pisang. Penyebabnya adalah saat bola ditendang dengan sisi sepatu di  tengahnya, bola akan bergerak sambil berotasi. Gerakan bola yang demikian  menimbulkan aliran udara. Aliran udara yang searah dengan arah rotasi bola  bergerak relatif lebih cepat dibandingkan aliran udara pada sisi bola yang lain. Menurut Bernoulli semakin cepat udara mengalir, semakin kecil tekanannya. Akibatnya tekanan di tempat udara mengalir lambat lebih besar dibandingkan tekanan di tempat udara mengalir cepat. Perbedaan tekanan ini menimbulkan gaya yang membelokan bola sehingga lintasannya jadi melengkung (perhatikan gambar di bawah)










Efek Magnus sering dimanfaatkan David Beckham dan pemain lainnya untuk "menaklukkan" barisan penghalang dalam tendangan bebas.

Kedua, efek koefisien tarik (drag)

Kecepatan dan bidang tekanan pada bola seperti yang diilustrasikan dengan analisis CFD. Gambar milik COMSOL, Inc

Efek koefisien tarik (drag) terjadi pada saat aliran laminar tinggi. Ini disebabkan oleh adanya pemisahan lapisan batas membentuk bangun tekanan rendah yang memperlambat bola dalam  aliran laminar. Untuk penerbangan dari kecepatan yang lebih tinggi, lapisan batas menjadi turbulen menjelang titik pemisahan dan terus melekat hilir di sisi belakang bola sebelum arus berbalik. Akibatnya, ada bangun sempit dan koefisien hambatan menjadi rendah. Hal inilah yang disebut sebagai efek krisis tarik(drag).


Efek dari krisis tarik (drag) pada  sepak bola. Gambar Courtesy of COMSOL, Inc

Ketiga, efek "knuckleball”

Efek "knuckleball” terjadi pada saat bola berinteraksi dengan angin. Cara bola berinteraksi dengan angin juga dapat menghasilkan perubahan-perubahan arah mendadak yang disebut efek "knuckleball" seperti dalam bisbol.

Efek Magnus, efek krisis tarik dan efek knuckleball tentu memiliki pengaruh besar pada permainan sepak bola yang sering membingungkan pemain lawan seperti kipper (penjaga gawang) karena sering terkecoh oleh arah bola

Prinsip-prinsip ini dimanfaatkan oleh pemain popular seperti Cristiano Ronaldo,Beckham ,Diego Maradona, Lionel Messi, Ronaldo, Zlatan Ibrahimovic, Ronaldinho, Beckham dan yang lainnya  untuk menipu kiper. Untuk lebih jelasnya perhatikan video ini.

Untuk mengatasi munculnya efek-efek tersebut pada bola kemudian dilakukan disain khusus untuk bola Piala Dunia.  Sebelumnya desain bola untuk piala dunia tak berbeda jauh dengan bola biasa. Bola biasa, jika ditendang memiliki kecepatan rata-rata sekitar 30 mil per jam. kecepatan rata-rata sebesar ini memerlukan sedikit keterampilan  striker supaya dapat menendang tepat pada kecepatan yang tepat. Namun pada tahun 2006, mulai terjadi efek knuckling sekitar 50 mph. Pada tahun 2010, kecepatan untuk knuckling bahkan lebih tinggi.

Sejak tahun 2006, bola resmi Piala Dunia selalu berganti, mulai dari Teamgeist pada tahun 2006, Jabulani pada tahun 2010, dan Brazuca untuk tahun 2014 ini. Desain bola tradisional memiliki 32 panel, yang terdiri dari 20 heksagonal biasa dan 12 panel pentagonal biasa, Jabulani, memiliki delapan panel. Desain kompensasi atas berkurangnya jumlah jahitan dengan menambahkan alur  yang permukaan kasar. Namun, sifat aerodinamis dari Jabulani sangat berbeda dari bola tradisional.

Karena panel dan jahitan yang sedikit dan dangkal pada Jabulani dibandingkan dengan bola tradisional, daerah aliran laminar dengan koefisien tarik tinggi meningkat, sedangkan koefisien drag pada kecepatan yang lebih tinggi menurun. Jabulani sebagai bola resmi Piala Dunia banyak dikritik. Bola yang tersusun atas 8 panel tersebut terlalu ringan dan halus sehingga mudah bergerak tak terkendali. Gaya fisika yang bekerja pada bola mengalahkan kepiawaian pemain dalam menendang dan mengarahkan.
Model elemen bola Jabulani pada pertandingan. Gambar milik COMSOL, Inc
.
Untuk mengurangi masalah yang muncul pada Jabulani, kemudian dibuat bola baru Brazuca. Bola ini memiliki enam panel dengan total panjang jahitan sebanding dengan bola tradisional. Namun, kedalaman lapisan lebih dalam dibandingkan dengan Jabulani.  Fontes mengungkapkan, dengan desain itu, koefisien hambatan sebagai fungsi dari bilangan Reynolds untuk Brazuca lebih mirip sepak bola tradisional. Dengan demikian, diharapkan bola memiliki penerbangan stabil pada rentang yang lebih luas.

Uji kelayakan

Untuk meyakinkan pengguna bahwa Brazuca lebih baik dari Jabulani maka dilakukan uji kelayakan secara ilmiah. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menguji Brazuca.

Penelitian pertama dilakukan oleh Sungchan Hong, peneliti dari University of Tsukuba. Dalam uji ini Hong menguji “pengaruh konstrusi bola terhadap gerakan bola dan kecenderungan untuk bergerak tak terkendali” menggunakan robot penendang dan tunnel  Hasil penelitiannya dipublikasikan di jurnal Scientific Report  NationalGeographic, 29 Mei 2014 yang mengungkapkan bahwa konstruksi bola memang memengaruhi apa yang diuji. Jabulani cenderung bergerak tak terkendali karena permukaan halusnya sedang Brazuca lebih bisa dikendalikan karena permukaannya lebih kasar dan desain panel. Permukaan kasar pada Brazuca yang menyerupai "jerawat-jerawat" kecil Ini berguna untuk mengompensasi lebih sedikitnya jumlah panel yang bisa berdampak pada lebih halusnya permukaan bola.

Penelitian kedua oleh Simon Choppin dari Centre for Sports Engineering Research di Sheffield Hallam University mengungkapkan permukaan Brazuca yang lebih kasar disebabkan oleh lebih dalam dan lebih panjangnya jahitan pada bola.
Kedalaman jahitan Jabulani adalah sekitar 0,48 mm sementara Brazuca punya kedalaman jatuhan 1,56 mm, tiga kali lipat lebih dalam, Total panjang jahitan Jabulani adalah sekitar 203 sentimeter, Brazuca 327 cm.  Menurut Choppin kekasaran permukaan merupakan salah satu kunci untuk mengatasi efek goyangan atau putaran ketika bola bergerak sangat cepat. Jadi dengan memiliki permukaan lebih kasar, Brazuca menjawab adanya masalah arah bola tidak menentu yang dapat membingunkan pada kecepatan tinggi.

Penelitian ketiga oleh Rabi Mehta, Kepala Experimental Aero-Physics Branch di Ames Research Center di NASA, mengatakan bahwa rancangan Brazuca memang mengurangi peluang knuckling effect. Brazuca mampu membatasi knuckling effect hingga hanya 48 km/jam, sementara Jabulani 80 km/jam.


Scientists at NASA Ames Research Center test the aerodynamics of the Adidas Brazuca, the official ball of the 2014 FIFA World Cup.
VIDEONYA DAPAT DILIHAT DI SINI
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan permainan fisika. Dengan mengerti fisika pemain bisa lebih efektif efisien dan indah dalam bermain sepakbola. Dengan permainan sepak bola banyak konsep fisika dapat dipelajari secara nyata sehingga kita dapat mengerti mengapa lintasan bola berbentuk parabola, bagaimana terjadinya tendangan pisang, mengapa penjaga gawang sulit menahan tendangan pinalti, bagaimana orang menyundul bola dengan lebih efektif dan masih banyak lagi yang lainnya. Seorang pemain profesional yang diperlengkapi dengan ilmu fisika akan dapat memperbaiki skill dan kemampuannya

Sumber

No comments:

Post a Comment